BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Peranan lingkungan dan keluarga sangat penting dalam
upaya meningkatkan prestasi belajar siswa disamping guru. Guru memiliki peranan
yang sangat penting dalam hal menumbuhkembangkan minat siswa untuk meraih
prestasi dalam bidang pelajaran tertentu termasuk matematika. Untuk itu seorang
guru perlu mencari strategi alternatif dalam menumbuhkan minat siswa agar mau
belajar dengan gembira (tanpa merasa dipaksa), sehingga dapat menimbulkan
percaya diri pada siswa, yang pada akhirnya mereka dapat mengembangkan
kemampuan yang telah ada tanpa mereka sadari. Tampaknya menggali kemampuan
siswa dengan cara menumbuhkembangkan kemampuan yang telah ada belum pernah
dilakukan oleh guru SDN Kedunghalang 3, sehingga pendidikan itu terkesan
memaksa dan menjemukan. Lebih-lebih siswa tumbuh pada lingkungan dan keluarga
yang kurang memahami pentingnya pendidikan. Orang tua tidak mengerti, lingkungan
tidak mendukung, di sekolah merasa dipaksa mengerjakan hal-hal yang tidak bisa
dan berakhir dengan pengambilan keputusan untuk berhenti sekolah. Seperti
halnya siswa SDN Kedunghalang 3, Kecamatan Bogor Utara, Bogor. Anak-anak usia
sekolah di Bogor banyak yang putus sekolah. Mereka putus sekolah mungkin
disebabkan oleh faktor ekonomi, lingkungan, atau mungkin saja akibat strategi
pembelajaran di kelas kurang menarik dan tidak dapat membuat siswa merasa
gembira datang ke kelas. Sekolah Dasar (SD) memegang peranan yang sangat
penting dalam pendidikan. Keberhasilan siswa di SD sangat berpengaruh terhadap keberhasilannya
di sekolah lanjutan. Menurut informasi dari guru SDN Kedunghalang 3 Bogor diperoleh
bahwa rata-rata prestasi belajar matematika siswa kelas V selalu di bawah enam.
Dalam proses pembelajarannya, guru berupaya memberikan penjelasan materi secara
lengkap. Dalam hal ini siswa cendrung dituntut untuk mengikuti contoh yang
telah diberikan oleh guru.Tentunya pembelajaran seperti ini tidak relevan
dengan tuntutan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Dari kenyataan ini
jelaslah guru tersebut perlu dibantu dengan melibatkan yang bersangkutan pada
suatu penelitian tindakan kelas dengan maksud agar disamping guru memperoleh pengalaman
langsung dalam melakukan pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan KBK, juga
dapat mengembangkan kompetensi siswa sesuai dengan yang digariskan dalam
kurikulum. Dalam proses pembelajaran, guru memulai dengan menjelaskan –memberi
contoh latihan soal. Jadi siswa secara langsung diberikan rumusrumus matematika
tanpa diberi kesempatan untuk menemukan sendiri. Berbeda halnya dengan
pembelajaran yang berorientasi pada kurikulum berbasis kompetensi (KBK),
pembelajaran hendaknya diawali dari dunia nyata dan rumus diharapkan ditemukan
oleh siswa sendiri. Sebagai contoh: sebelum menjelaskan sifat distributif yaitu
a x (b+c) = (axb)+(axc) siswa diberi pertanyaan sebagai berikut. Wayan disuruh
membeli beras sebanyak 9 kg. Harga beras per kg Rp.2900,-. Berapa rupiah Wayan
harus membayar?. Cara siswa menjawab kemungkinan bervariasi. Beberapa
kemungkinan cara siswa menjawab adalah: 9 x (3000-100) = (9x3000) – (9x100),
atau (10- 1)x2900 = (10x2900) – (1x2900) atau cara lainnya. Jadi jenis jawaban beragam
Pendekatan pembelajaran yang cocok dengan KBK adalah pendekatan kontekstual
atau Contextual teaching and learning (CTL).
Pada pembelajaran CTL guru tidak mengharuskan siswa
menghapal fakta-fakta tetapi guru hendaknya mendorong siswa untuk mengkontruksi
pengetahuan dibenak mereka sendiri. Melalui CTL siswa diharapkan belajar
melalui ‘mengalami’ bukan ‘menghapal’. Dalam pembelajaran, guru perlu memahami
konsepsi awal yang dimiliki siswa dan mengaitkan dengan konsep yang akan
dipelajari.
Konsepsi awal ini dapat direkam dari pekerjaan siswa
dalam LKS dan dari jawaban siswa terhadap pertanyaan-pertanyaan guru yang
disampaikan pada awal pembelajaran. Dalam pembelajaran biasanya siswa malu atau
takut bertanya kepada gurunya dan lebih suka bertanya kepada teman-temanya. Oleh
karena itu implementasi pendekatan kontekstual melalui pembelajaran kooperatif
berbantuan LKS perlu diterapkan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: (a)
meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas V SDN Plalangan 03 dengan
implementasi pendekatan kontekstual melalui pembelajaran kooperatif berbantuan
LKS., (b) mendeskripsikan tanggapan siswa terhadap implementasi pendekatan kontekstual
melalui pembelajaran kooperatif berbantuan LKS.
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti
terdorong untuk melakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul “
Implementasi Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika
Siswa Kelas V SDN Kedunghalang 3 Bogor”.
B.
Rumusan Masalah
Masalah adalah segala rintangan tentang hambatan dan
kesulitan yang memerlukan pemecahan jawaban agar usaha pencapaian tujuan
dimaksud dapat berhasil dengan baik. Adapun rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah :
·
Adakah peningkatan prestasi siswa melalui implementasi
pendekatan konstektual pada siswa Kelas V SDN Kedunghalang 3 Bogor Kecamatan
Bogor Utara Kotamadya Bogor?
C.
Tujuan Perbaikan
Tujuan utama
penelitian ini adalah :
Menghasilkan model pembelajaran yang dapat dimanfaatkan untuk peningkatan
prestasi matematika pada siswa Kelas V SDN Kedunghalang 3 Bogor Kecamatan Bogor
Utara Kotamadya Bogor
Mengetahui adanya peningkatan prestasi belajar melalui impelementasi
pendekatan konstektual pada siswa Kelas
V SDN Kedunghalang 3 Bogor Kecamatan Bogor Utara Kotamadya Bogor
Meningkatkan keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran yang akan membawa
peningkatan prestasi belajar melalui impelementasi pendekatan konstektual pada siswa Kelas V SDN Kedunghalang 3 Bogor
Kecamatan Bogor Utara Kotamadya Bogor
D.
Manfaat Perbaikan
Setelah penelitian ini selesai diharapkan dapat bermanfaat.
·
Bagi kepala sekolah sebagai bahan masukan atau
input untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam mengambil kebijaksanaan untuk
mendorong guru dalam menciptakan metode yang tepat untuk menentukan
keberhasilan pengelolaan pembelajaran di sekolah.
·
Bagi guru, sebagai bahan masukan untuk dijadikan
dasar yang akan dikerjakan dalam pelaksanaan kegiatan guru lebih berkembang dan
terarah dalam mengtelola situasi dan kondisi kelas.
·
Bagi siswa, dapat menyelesaikan tugas dengan
cepat, tepat dan benar, dapat memanfaatkan waktu dengan baik dan tepat, mampu
menyelesaikan soal yang tak terbatas dalam waktu yang relatif singkat.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses, cara
menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha
memperoleh kepandaian atau ilmu, berusaha tingkah laku atau tanggapan yang
disebabkan oleh pengalaman (KBBI, 1996:14)
Sependapat dengan pernyataan
tersebut Soetomo (1993:68) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses
pengelolaan lingkungan seseorang yang dengan sengaja dilakukan sehingga
memungkinkan dia belajar untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku
tertentu pula. Sedangkan belajar adalah suatu proses yang menyebabkan tingkah
laku yang bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi
perubahan dalam kebiasaan, kecakapan, bertambah, berkembang daya pikir, sikap
dan lain-lain (Soetomo, 1993:120)
Pasal 1 Undang –undang No. 20
tahun 2003 tentang pendidikan nasional menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Jadi pembelajaran adalah
proses yang disengaja yang menyebabkan siswa belajar pada suatu lingkungan
belajar untuk melakukan kegiatan pada siatuasi tertentu.
B.
Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika
SD dan MI
Standar kompetensi mata pelajaran
Matematika untuk SD dan MI berdasarkan kurikulum 2004, adalah sebagai berikut :
Kemampuan Matematika yang dipilih dalam standar
kompetensi ini dirancang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa dengan
memperhatikan perkembangan pendidikan matematika di dunia sekarang ini. Untuk
mencapai kompetensi tersebut dipilih materi-materi matematika dengan
memperhatikan struktur keilmuan, tingkat kedalaman materi, serta sifat esensial
materi dan terpakainya dalam kehidupan sehari-hari secara rinci, standar
kompetensi tersebut, adalah sebagai berikut :
a. Bilangan
·
Menggunakan bilangan dalam pemecahan masalah.
·
Menggunakan operasi hitung bilangan dalam
pemecahan masalah.
·
Menggunakan konsep bilangan cacah dan pecahan
dalam pemecahan masalah.
·
Menentukan sifat-sifat operasi hitung, faktor,
kelipatan bilangan bulat dan pecahan serta menggunakannnya dalam pemecahan
masalah.
·
Melakukan operasi hitung bilangan bulat dan
pemecahan, serta menggunakannya dalam pemecahan masalah.
b. Pengukuran dan Geometri
·
Melakukan pengukuran, mengenal bangun datar dan
bangun ruang serta menggunakannya dalam pemecahan masalah sehari-hari.
·
Melakukan pengukuran, menemukan unsur bangun
datar dan menggunakannya dalam pemecahan masalah.
·
Melakukan pengukuran keliling dan luas bangun
datar dan menggunakannya dalam pemecahan masalah.
·
Melakukan pengukuran, menentukan sifat dan unsur
bangun ruang, menentukan kesimetrian bangun datar serta menggunakannya dalam
pemecahan masalah.
·
Mengenal sistem koordinat pada bidang datar.
c. Pengolahan Data
Mengumpulkan, menyajikan dan menafsirkan data.
C.
Pengertian Belajar Matematika
Menurut Nana Surjana, ( 1987 : 28 )
“Proses belajar berlangsung dalam waktu tertentu dan merupakan proses yang
panjang dari satu fase ke fase berikutnya. Belajar adalah suatu proses yang
ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, bukan menghafal atau
mengingat”.
Herman Hudoyo, ( 1979 : 89 ). Begitu
juga dengan belajar matematika karena melibatkan suatu struktur hirarki dari
konsep-konsep tingkat tertinggi yang dibentuk atas dasar apa yang telah
terbentuk sebelumnya. Ros Effendi, ( 1980 : 148 ). Belajar matematika berarti
mempelajari fikiran-fikiran manusia, yang berhubungan dengan ide, proses dan
penalaran. Mohammad Soleh, ( 1998 : 3 ). Belajar matematika adalah belajar
tentang bilangan, belajar menjumlah, mengurangi dan membagi yang terdapat dalam
aljabar, aritmatika, dan geometri.
Jadi belajar matematika adalah
melibatkan diri yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran yang semuanya
telah tersusun secara hirarki dari konsep-konsep yang rendah sampai
konsep-konsep yang lebih tinggi.
D. Pendekatan Kontektual
Sistem pembelajaran saat ini masih dominan dengan
istilah belajar yang diartikan
sebagai kegiatan-kegiatan berupa duduk, dengar, catat kemudian pulang untuk dihapal. Melihat kondisi yang
demikian, peserta didik akan merasakan kejenuhan
yang berkepanjangan. Untuk menghindari dan mengantisipasi kejenuhan itu, maka perlu adanya pembentukan
konsep penting yang harus dilaksanakan dalam praktik pembelajaran. Salah satu di antaranya adalah pembelajaran
kontektual (contextual teaching and learning).
Borko dan Putnam mengemukakan bahwa dalam pembelajaran
kontekstual,guru memilih konteks pembelajaran yang tepat bagi siswa dengan cara
mengaitkan pembelajaran dengan
kehidupan nyata dan lingkungan di mana anak hidup dan berada serta dengan budaya yang berlaku dalam
masyarakatnya (http.//www.contextual.org.id).
Pemahaman, penyajian ilmu pengetahuan, keterampilan,
nilai dan sikap yang ada dalam materi dikaitkan dengan apa yang dipelajari dalam kelas dan dengan
kehidupan sehari-hari (Dirjen Dikdasmen, 2001: 8).
Dengan memilih konteks secara tepat, maka siswa dapat
diarahkan kepada pemikiran agar
tidak hanya berkonsentrasi dalam pembelajaran di lingkungan kelas saja, tetapi diajak untuk mengaitkan aspek-aspek
yang benar-benar terjadi dalam kehidupan
mereka sehari-hari, masa depan mereka, dan lingkungan masyarakat luas. Dalam kelas kontekstual, tugas guru
adalah membantu siswa dalam mencapai tujuannya.
Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Guru bertugas mengelola kelas sebagai
sebuah tim yang bekerja bersama untuk merumuskan,
menemukan sesuatu yang baru bagi kelas yang dapat berupa pengetahuan, keterampilan dari hasil “menemukan sendiri” dan bukan
dari “apa kata guru.
Penggunaan pembelajaran kontekstual memiliki potensi
tidak hanya untuk mengembangkan
ranah pengetahuan dan keterampilan proses, tetapi juga untuk mengembangkan sikap, nilai, serta
kreativitas siswa dalam memecahkan masalah
yang terkait dengan kehidupan mereka sehari-hari melalui interaksi dengan sesama teman, misalnya melalui pembelajaran
kooperatif, sehingga juga mengembangkan ketrampilan
sosial (social skills) (Dirjen
Dikmenum, 2002: 6). Lebih lanjut Schaible,
Klopher, dan Raghven, dalam Joyce-Well (2000: 172) menyatakan bahwa
pendekatan kontekstual melibatkan
siswa dalam masalah yang sebenarnya dalam penelitian dengan menghadapkan anak didik pada bidang penelitian, membantu
mereka mengidentifikasi masalah yang
konseptual atau metodologis dalam bidang penelitian dan mengajak mereka untuk merancang cara dalam mengatasi masalah.
Pembelajaran kontekstual dilaksanakan sebagai aplikasi
dalam pemaknaan belajar dan proses
belajar dalam arti yang sesungguhnya. Hal ini didasarkan pada landasan teoritis tentang belajar
aktif yang tidak semata-mata menekankan pada pengetahuan yang bersifat hapalan
saja. Siswa harus aktif mencari, menemukan
pengetahuan tersebut dengan keterampilan secara mandiri. Peran guru dalam contextual learning berbeda dengan perannya dalam kelas tradisional. Dalam kelas tradisional,
guru merupakan satu-satunya penguasa dan
pemberi informasi, guru memberikan informasi pengetahuan dan siswa yang
baik menyerap pengetahuan tersebut
tanpa banyak bertanya. Di sisi lain, pada kelas kontekstual, setelah pembelajaran berlangsung guru berperan
sebagai fasilitator; guru sekedar
memberikan informasi untuk merangsang pemikiran. Para
siswa didorong untuk bertanya dan
mengemukakan ide-idenya.
E. Hasil Belajar
Hasil belajar siswa adalah nilai yang diperoleh
siswa selama kegiatan belajar mengajar. Belajar diartikan sebagai gejala
perubahan tingkah laku yang relatif permanen dari seseorang dalam mencapai
tujuan tertentu De Cecco (dalam Witjaksono, 1985:6). Menurut Gagne (dalam
Witjksono, 1985:6) belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam disposisi
atau kapabilitas seseorang, dalam kurun waktu tertentu, dan bukan semata-mata
sebagai proses pertumbuhan. Pendapat senada juga diutarakan oleh Susanto
(1991:1) yang menyatakan bahwa belajar merupakan proses dimana otak atau
pikiran mengadakan reaksi terhadap kondisi-kondisi luar dan reaksi itu dapat
dimodifikasi dengan pengalaman-pengalaman yang dialami sebelumnya. Melalui
proses belajar anak dapat mengadaptasikan dirinya pada lingkungan hidupnya.
Adaptasi itu dapat berupa perubahan pikiran, sikap, dan ketrampilan.
Selaras dengan pernyataan di atas Bloom (dalam
Budiningsih, 2005:75) menekankan perhatiaannya pada apa yang mesti dikuasai
oleh individu. Tujuan belajar yang dikemukakannya dirangkum kedalam tiga
kawasan yang terkenal dengan taksonomi Bloom adalah sebagai berikut:
- Domain kognitiif, terdiri atas 6 tingkatan yaitu:
a. Pengetahuan (mengingat, menghafal)
b. Pemahaman (mengintepretasikan)
c. Aplikasi (menggunakan konsep untuk
memecahkan masalah)
d. Analisis (menjabarkan suatu konsep)
e. Sintesis (menggabungkan bagian-bagian
konsep menjadi suatu konsep utuh)
f. Evaluasi (membandingkan nilai-nilai, ide,
metode, dsb)
- Domain psikomotor, terdiri atas 5 tingkatan yaitu:
a. Peniruan (menirukan gerak)
b. Penggunaan (menggunakan konsep untuk
melakukan gerak)
c. Ketepatan (melakukan gerak dengan benar)
d. Naturalisasi (melakukan gerak secara
wajar)
- Domain afektif, terdiri atas 5 tingkatan yaitu:
a. Pengenalan (ingin menerima, sadar akan
adanya sesuatu)
b. Merespon (aktif berpartisipasi)
c. Penghargaan (menerima nilai-nilai,
setia kepada nilai-nilai tertentu)
d. Pengorganisasian (menghubung-hubungkan
nilai-nilai yang dipercayainya)
e.
Pengalaman
(menjadikan nilai-nilai sebagian bagian dari pola hidupnya)
Hasil belajar yang diukur pada pembelajaran yang
berlandaskan kurikulum 2004 meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotor. Maka guru tidak hanya menilai siswa dari aspek intelektual tetapi
kemampuan sosial, sikap siswa selama proses belajar mengajar serta keaktifan
siswa dalam kegiatan pembelajaran juga dinilai oleh guru. Siswa yang telah
mengalami pembelajaran diharapkan memilki pengetahuan dan ketrampilan baru
serta perbaikan sikap sebagai hasil dari pembelajaran yang telah dialami siswa
tersebut. Pengukuran hasil belajar bertujuan untuk mengukur tingkat pemahaman
siswa dalam menyerap materi. Sebaiknya hasil belajar yang telah dinilai oleh guru diberitahukan
kepada siswa agar siswa mengetahui kemajuan belajar yang telah dilakukannya
serta kekurangan yang masih perlu diperbaiki. Penilaian hasil belajar pada
akhirnya sebagai bahan refleksi siswa mengenai kegiatan belajarnya dan refleksi
guru terhadap kemampuan mengajarnya serta mengevaluasi pencapaian target
kurikulum.
Benjamin S. Bloom dalam Taxonomy of Education Objectives
(Winkel, 1996:274) membagi hasil belajar kedalam tiga ranah:
1.
Ranah Kognitif
Ranah kognitif
(berkaitan dengan daya piker, pengetahuan, dan penalaran) berorientasi pada
kemampuan siswa dalam berfikir dan bernalar yang mencakup kemampuan siswa dalam
mengingat sampai memecahkan masalah, yang menuntut siswa untuk menggabungkan
konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya. Ranah kognitif ini berkenaan
dengan prestasi belajar dan dibedakan dalam enam tahapan, yaitu pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analsisi, sintesis, dan eveluasi. Pada siswa SMP
diutamakan pada ranah pengetahuan, pemahaman, dan penerapan.
Pengetahuan mencakup kemampuan mengingat tentang
hal yang telah dipejari, dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan
dengan fakta, peristiwa, kaidah, prinsip, teori, dan rumus. Pengetahuan yang
telah tersimpan dalam ingatan, digali pada saat dibutuhkan dalam bentuk
mengingat (recall) atau mengenal
kembali (recognition).
Pemahaman mencakup kemampuan untuk menyerap makna
dan arti dari bahan yang dipelajari. Kemampuan seseorang dalam memahami sesuatu
dapat dilihat dari kemampuaannya menyerap suatu materi, kemudian
mengkomunikasikannya dalam bentuk lainnya dengan kata-kata sendiri.
Penerapan mencakup kemampuan untuk menerapkan
pengetahuan yang telah diperoleh dalam kegiatan pembelajaran untuk menghadapi
situasi baru dalam kehidupan sehari-hari. Tingkat penerapan ini dapat diukur
dari kemampuan menggunakan konsep, prinsip, teori, dan metode untuk menghadapi
masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari.
2. Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor berorientasi kepada ketrampilan
fisik, ketrampilan motorik, atau ketrampilan tangan yang berhubungan dengan
anggota tubuh atau tindakan yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otot.
Simpson (dalam Winkel, 1996:278) menyatakan bahwa ranah psikomotor terdiri dari
tujuh jenis perilaku yaitu: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan
yang terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas.
Sedangkan menurut Kibler, Barker, dan Miles (dalam
Dimyati dan Mudjiono, 1994:195-196) ranah psikomotor mempunyai taksonomi
berikut ini:
a. Gerakan tubuh yang mencolok, merupakan
kemampuan gerakan tubuh yang menekankan kepada kekuatan, kecepatan, dan
ketepatan tubuh yang mencolok.
b. Ketepatan gerakan dikordinasikan,
merupakan ketrampilan yang berhubungan dengan gerakan mata, telinga, dan badan
.
c. Perangkat komunikasi non verbal, merupakan
kemampuan mengadakan komunikasi tanpa kata
d. Kemampuan berbicara, merupakan kemampuan
yang berhubungan dengan komunikasi secara lisan Untuk kemampuan berbicara,
siswa harus mampu menunjukkan kemahirannya memilih dan menggunakan kata atau
kalimat sehingga informasi, ide, atau yang dikomunikasikannya dapat diterima
secara mudah oleh pendengarnya.
3.
Ranah
Afektif
Ranah afektif (berkaitan dengan
perasaan/kesadaran, seperti perasaan senang atau tidak senang yang memotivasi
seseorang untuk memilih apa yang disenangi) berorientasi pada kemampuan siswa
dalam belajar menghayati nilai objek-objek yang dihadapi melalui perasaan, baik
objek itu berupa orang, benda maupun peristiwa. Ciri lain terletak dalam
belajar mengungkapkan perasaan dalam bentuk ekspresi yang wajar. Menurut
Krochwall Bloom (dalam Winkel 1996:276) ranah afektif terdiri dari penerimaan,
partisipasi, penilaian, dan penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola
hidup.Untuk ranah kognitif, guru menilai kemampuan kognitif siswa berdasarkan
hasil tes yang diberikan kepada siswa pada akhir pelaksanaan siklus 1 dan 2.
BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN
A. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian
1. Tempat
Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam
melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini
bertempat di SDN Kedunghalang 3 Kelas 5 tahun pelajaran 2009/2010
2. Waktu
Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu
berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian
ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2009 semester genap.
3. Subyek
Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas V SDN Kedunghalang
3 pada mata pelajaran matematika materi pecahan
B. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Menurut Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang
bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan
kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam
melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan
yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran
tersebut dilakukan (dalam Mukhlis, 2000: 3).
Sedangkah menurut Mukhlis (2000: 5) PTK adalah suatu
bentuk kajian yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk
memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan.
Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk
memperbaiki/meningkatkan pratek pembelajaran secara berkesinambungan, sedangkan
tujuan penyertaannya adalah menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru
(Mukhlis, 2000: 5).
Sesuai
dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka
penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan
Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu
berbentuk spiral dari sklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus
meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection
(refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah
direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1
dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.
Observasi dibagi dalam tiga
putaran, yaitu putaran 1, 2 dan 3, dimana masing putaran dikenai perlakuan yang
sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang
diakhiri dengan tes formatif di akhir masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran
dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Silabus
Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan
pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar.
2. Rencana
Pelajaran (RP)
Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai
pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-masing RP
berisi kompetensi dasar, indicator pencapaian hasil belajar, tujuan
pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar.
3. Lembar
Kegiatan Siswa
Lembar kegaian ini yang dipergunakan siswa untuk membantu
proses pengumpulan data hasil eksperimen.
4. Lembar
Observasi Kegiatan Belajar Mengajar
a.
Lembar observasi pengolahan metode pembelajaran
demonstrasi, untuk mengamati kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.
b.
Lembar observasi aktivitas siswa dan guru, untuk
mengamati aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran.
5. Tes
formatif
Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tes
formatif ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan adalah
pilihan ganda (objektif). Sebelumnya soal-soal ini berjumlah 46
D. Metode Pengumpulan Data
Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh
melalui observasi pengolahan metode pembelajaran demonstrasi, observasi
aktivitas siswa dan guru, dan tes formatif.
E. Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan
pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan
teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang
bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh
dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk
memperoleh respon siswa terhadap kegiata pembelajaran serta aktivitas siswa
selama proses pembelajaran.
Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau persentase
keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan
dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir
putaran.
Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu:
- Untuk menilai ulangan atu tes formatif
Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa,
yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga
diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:
Dengan
: = Nilai rata-rata
Σ X =
Jumlah semua nilai siswa
Σ N =
Jumlah siswa
2. Untuk
ketuntasan belajar
Ada
dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal.
Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud,
1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65%
atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat
85% yang telah mencapai daya serap lebih dari sama dengan 65%. Untuk menghitung
persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Item Butir Soal
Sebelum melaksanakan pengambilan data melalui instrumen
penelitian berupa tes dan mendapatkan tes yang baik, maka data tes tersebut
diuji dan dianalisi. Uji coba dilakukan pada siswa di luar sasaran penelitian.
Analisis tes yang dilakukan meliputi:
- Validitas
Validitas butir soal dimaksudkan untuk mengetahui kelayakan
tes sehingga dapat digunakan sebagai instrument dalam penelitian ini. Dari
perhitungan 45 soal diperoleh 15 soal tidak valid dan 30 soal valid. Hasil dari
validits soal-soal dirangkum dalam tabel di bawah ini.
Tabel
4.1. Soal Valid dan Tidak Valid Tes Formatif Siswa
Soal Valid
|
Soal Tidak Valid
|
1, 2, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13,
14, 17, 19, 21, 23, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 36, 37, 38, 39, 41, 42, 43, 44,
45
|
3, 4, 8, 15, 16, 18, 20, 22, 24,
31, 32, 33, 34, 35, 40,
|
- Reliabilitas
Soal-soal yang telah memenuhi syarat validitas diuji
reliabilitasnya. Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien reliabilitas r11
sebesar 0, 775. Harga ini lebih besar dari harga r product moment. Untuk
jumlah siswa (N = 22) dengan r (95%) = 0,423. Dengan demikian soal-soal tes
yang digunakan telah memenuhi syarat reliabilitas.
- Taraf Kesukaran (P)
Taraf kesukaran digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran
soal. Hasil analisis menunjukkan dari 45 soal yang diuji terdapat:
-
20 soal mudah
-
15 soal sedang
-
10 soal sukar
- Daya Pembeda
Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui kemampuan
soal dalam membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan
rendah.
Dari hasil analisis daya pembeda diperoleh soal yang
berkriteria jelek sebanyak 15 soal, berkriteria cukup 20 soal, berkreteria baik
10 soal. Dengan demikian soal-soal tes yang digunakan telah memenuhi
syara-syarat validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda.
B. Analisis Data Penelitian Persiklus
1. Siklus I
a. Tahap
Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat
pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1,
dan alat-alat pengajaran yang mendukung.
b. Tahap
Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I
dilaksanakan pada tanggal 13 April 2009 di kelas V dengan jumlah siswa 22
siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar
mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan
(observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes
formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam
proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada
siklus I adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2. Hasil Tes Formatif Siswa Pada
Siklus I
No. Urut
|
Nilai
|
Keterangan
|
No. Urut
|
Nilai
|
Keterangan
|
||
T
|
TT
|
T
|
TT
|
||||
1
|
60
|
|
√
|
12
|
60
|
|
√
|
2
|
70
|
√
|
|
13
|
80
|
√
|
|
3
|
70
|
√
|
|
14
|
70
|
√
|
|
4
|
60
|
|
√
|
15
|
80
|
√
|
|
5
|
80
|
√
|
|
16
|
70
|
√
|
|
6
|
80
|
√
|
|
17
|
90
|
√
|
|
7
|
70
|
√
|
|
18
|
60
|
|
√
|
8
|
70
|
√
|
|
19
|
60
|
|
√
|
9
|
60
|
|
√
|
20
|
70
|
√
|
|
10
|
80
|
√
|
|
21
|
70
|
√
|
|
11
|
50
|
|
√
|
22
|
60
|
|
√
|
Jumlah
|
750
|
7
|
4
|
Jumlah
|
770
|
8
|
3
|
Jumlah Skor 1520
Jumlah Skor Maksimal Ideal 2200
Rata-Rata Skor Tercapai 69,09
|
Keterangan:
T :
Tuntas
TT :
Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas :
15
Jumlah siswa yang belum tuntas :
7
Klasikal :
Belum tuntas
Tabel 4.3.
Rekapitulasi Hasil Tes Siklus I
No
|
Uraian
|
Hasil Siklus I
|
1
2
3
|
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase ketuntasan belajar
|
69,09
15
68,18
|
Dari tabel 4.2 dan tabel 4.3 di atas dapat dijelaskan
bahwa dengan menerapkan pendekatan kontekstual pada pembelajaran matematika
diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 69,09 dan ketuntasan
belajar mencapai 68,18% atau ada 15 siswa
dari 22 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada
siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang
memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 68,18% lebih kecil dari persentase
ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa
masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru
dengan menerapkan pendekatan kontekstual.
2. Siklus II
a. Tahap
perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat
pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, LKS 2, soal tes formatif
II, dan alat-alat pengajaran yang mendukung.
b. Tahap
kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II
dilaksanakan pada tanggal 20 April 2009 di kelas V dengan jumlah siswa 22
siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar
mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus
I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada
siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes
formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa selama
proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrument yang digunakan adalah
tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai
berikut
Tabel 4.4. Hasil Tes
Formatif Siswa Pada Siklus II
No. Urut
|
Nilai
|
Keterangan
|
No. Urut
|
Nilai
|
Keterangan
|
||
T
|
TT
|
T
|
TT
|
||||
1
|
60
|
|
√
|
12
|
90
|
√
|
|
2
|
80
|
√
|
|
13
|
80
|
√
|
|
3
|
80
|
√
|
|
14
|
80
|
√
|
|
4
|
90
|
√
|
|
15
|
80
|
√
|
|
5
|
90
|
√
|
|
16
|
80
|
√
|
|
6
|
60
|
|
√
|
17
|
60
|
|
√
|
7
|
80
|
√
|
|
18
|
80
|
√
|
|
8
|
70
|
√
|
|
19
|
70
|
√
|
|
9
|
60
|
|
√
|
20
|
60
|
|
√
|
10
|
80
|
√
|
|
21
|
80
|
√
|
|
11
|
90
|
√
|
|
22
|
80
|
√
|
|
Jumlah
|
840
|
8
|
3
|
Jumlah
|
840
|
9
|
2
|
Jumlah Skor 1680
Jumlah Skor Maksimal Ideal 2200
Rata-Rata Skor Tercapai 76,36
|
Keterangan: T :
Tuntas
TT :
Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas :
17
Jumlah siswa yang belum tuntas :
5
Klasikal :
Belum tuntas
Tabel 4.5. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus II
No
|
Uraian
|
Hasil Siklus II
|
1
2
3
|
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase ketuntasan belajar
|
76,36
17
77,27
|
Dari tabel 4.4 dan tabel 4.5 di atas diperoleh nilai
rata-rata prestasi belajar siswa adalah 76,36 dan ketuntasan belajar mencapai
77,27% atau ada 17 siswa dari 22 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini
menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah
megalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil
belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir
pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa
lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa
yang dimaksudkan dan diinginkan guru dengan menerapkan pendekatan kontekstual
dalam pembelajaran matematika.
3. Siklus III
a. Tahap
Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat
pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 3, LKS 3, soal tes formatif 3,
dan alat-alat pengajaran yang mendukung
b. Tahap
kegiatan dan pengamatan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III
dilaksanakan pada tanggal 27 April 2009 di kelas V dengan jumlah siswa 22
siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar
mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus
II, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada
siklus III. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes
formatif III dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam
proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah
tes formatif III. Adapun data hasil peneitian pada siklus III adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.6. Hasil Tes Formatif
Siswa Pada Siklus III
No. Urut
|
Nilai
|
Keterangan
|
No. Urut
|
Nilai
|
Keterangan
|
||
T
|
TT
|
T
|
TT
|
||||
1
|
90
|
√
|
|
12
|
90
|
√
|
|
2
|
90
|
√
|
|
13
|
90
|
√
|
|
3
|
90
|
√
|
|
14
|
90
|
√
|
|
4
|
80
|
√
|
|
15
|
60
|
|
√
|
5
|
90
|
√
|
|
16
|
90
|
√
|
|
6
|
80
|
√
|
|
17
|
80
|
√
|
|
7
|
90
|
√
|
|
18
|
70
|
√
|
|
8
|
60
|
|
√
|
19
|
70
|
√
|
|
9
|
90
|
√
|
|
20
|
80
|
√
|
|
10
|
90
|
√
|
|
21
|
90
|
√
|
|
11
|
60
|
|
√
|
22
|
80
|
√
|
|
Jumlah
|
910
|
9
|
2
|
Jumlah
|
890
|
10
|
1
|
Jumlah Skor 1800
Jumlah Skor Maksimal Ideal 2200
Rata-Rata Skor Tercapai 81,82
|
Keterangan:
T :
Tuntas
TT :
Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas :
19
Jumlah siswa yang belum tuntas :
3
Klasikal :
Tuntas
Tabel 4.7. Rekapitulasi Hasil
Tes Siklus III
No
|
Uraian
|
Hasil Siklus III
|
1
2
3
|
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase ketuntasan belajar
|
81,82
19
86,36
|
Berdasarkan tabel 4.6 dan tabel 4.7 diatas diperoleh
nilai rata-rata tes formatif sebesar 81,82 dan dari 22 siswa yang telah tuntas
sebanyak 19 siswa dan 3 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara
klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 86,36% (termasuk
kategori tuntas). Hasil pada siklus III
ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil
belajar pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru
dalam menerapkan pendekatan kontekstual sehingga siswa menjadi lebih terbiasa
dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami
materi yang telah diberikan. Pada siklus III ini ketuntasan secara klasikal
telah tercapai, sehingga penelitian ini hanya sampai pada siklus III.
c. Refleksi
Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana
dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan
penerapan pendekatan kontekstual. Dari data-data yang telah diperoleh dapat
duraikan sebagai berikut:
1)
Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan
semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum
sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup
besar.
2)
Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa
aktif selama proses belajar berlangsung.
3)
Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah
mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.
4)
Hasil belajar siswa pada siklus III mencapai
ketuntasan.
d. Revisi
Pelaksanaan
Pada siklus III guru telah menerapkan pendekatan
kontekstual dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar
siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka
tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk
tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada
dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya
penerapan pendekatan kontekstual yang dilaksanakan dapat meningkatkan proses
belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
C. Pembahasan
1. Ketuntasan
Hasil belajar Siswa
Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa pendekatan
kontekstual dalam pembelajaran matematika memiliki dampak positif dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin
mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan
belajar meningkat dari sklus I, II, dan II) yaitu masing-masing 68,18%, 77,27%,
dan 86,36%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah
tercapai.
2. Kemampuan
Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam
proses pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dalam setiap siklus mengalami
peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu
dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus
yang terus mengalami peningkatan.
3. Aktivitas
Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam
proses pembelajaran matematika materi pecahan yang paling dominan adalah
bekerja dengan menggunakan alat/media, mendengarkan/ memperhatikan penjelasan
guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan
bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah
melaksanakan langah-langkah pembelajaran pendekatan kontekstual dengan baik.
Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas
membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan LKS/menemukan konsep,
menjelaskan/melatih menggunakan alat, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab
dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan
selama tiga siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang
telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pembelajaran
dengan pendekatan kontekstual memiliki dampak positif dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar
siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (68,18%), siklus II (77,27%), siklus
III (86,36%).
- Penerapan pendekatan kontekstual mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukan dengan hasil wawancara dengan sebagian siswa, rata-rata jawaban siswa menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan pendekatan kontekstual sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian
sebelumnya agar proses belajar mengajar matematika lebih efektif dan lebih
memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai
berikut:
- Untuk melaksanakan pendekatan kontekstual memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan pendekatan ini dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.
- Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pembelajaran, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1997. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi
Belajar dan Mengajar. Bandung:
Sinar Baru Algesindo.
Joyce, Bruce dan Weil, Marsh. 1972. Models of Teaching Model. Boston:
A Liyn dan Bacon.
Masriyah. 1999. Analisis
Butir Tes. Surabaya:
Universitas Press.
Mukhlis, Abdul. (Ed). 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah Panitia Pelatihan Penulisan
Karya Ilmiah untuk Guru-guru se-Kabupaten Tuban.
Nur, Moh. 2001. Pemotivasian
Siswa untuk Belajar. Surabaya.
University Press. Universitas Negeri Surabaya.
Suryosubroto, B. 1997. Proses
Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta:
PT. Rineksa Cipta.
Usman, Uzer. 2000. Menjadi
Guru Profesional. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Widoko. 2002. Metode
Pembelajaran Konsep. Surabaya: Universitas
Negeri Surabaya.
http://contextual.org
diakses tanggal 15 April 2009
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS 1
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/ Semester : V / 2
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
Hari, Tanggal : Senin, 13 April 2009
Ø
Standar
Kompetensi
5 Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
Ø
Kompetensi
Dasar
5.4.Menggunakan
pecahan dalam masalah perbandingan dan skala
Ø
Indikator
Melakukan operasi
hitung dengan menggunakan perbandingan
Ø
Tujuan
Pembelajaran
Setelah
pembelajaran berlangsung diharapkan siswa dapat:
1.
menghitung perbandingan dengan benar
2.
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
perbandingan
Ø
Materi
Ajar
Perbandingan dan
Skala
Ø
Metode
Pembelajaran
·
Ceramah
·
Diskusi
Ø
Kegiatan
Pembelajaran
- Kegiatan Awal
Ø
Salam, Absensi
Ø
Apersepsi : Guru menunjuk dua orang siswa
kemudian menanyakan umur keduanya kemudian guru membuat perbandingannya
Ø
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
- Kegiatan Inti
Ø
Siswa dibentuk dalam beberapa kelompok
Ø
Siswa dalam kelompok dibagikan sebuah
permasalahan tentang perbandingan
Ø
Siswa mendiskusikan permasalahan tersebut
Ø
Guru memberi bimbingan cara memecahkan masalah
perbandingan
- Kegiatan Akhir
Ø
Evaluasi
Ø
Guru dan siswa menarik kesimpulan
Ø
Salam
Ø
Alat,
Bahan dan Sumber Belajar
·
Kurikulum Matematika Kelas V, KTSP
·
Buku Matematika Kelas V, Pusat Perbukuan
Depdiknas
·
Buku Matematika Kelas V, Erlangga
Ø
Penilaian
- Bentuk Penilaian
Tes Tulis
- Instrumen Penilaian
Soal
1.
Jika umur Ana 12 tahun dan umur Ani 6 tahun,
perbandingan umur mereka adalah……
2.
Perbandingan umur Sita dan Dewi 2 : 3, jika jumlah umur
keduanya 15 tahun, Umur Sita adalah…..
3.
Ayah mempunyai kambing 36 buah, Kakek mempunyai kambing
108, perbandingan umur mereka adalah…...
4.
Perbandingan umur Nina dan Nini adalah 4 : 6, jika
jumlah umur keduanya 20, umur Nini adalah…..
5.
Marlena dan Anti mempunyai buku tulis dengan jumlah
sebagai berikut, Marlena 50 dan Anti 100, perbandingan jumlah buku Marlena dan
Anti adalah……………………….
Kunci
Jawaban
1.
12 : 6 = 2 : 1
2.
Umur Sita 6 tahun
3.
36 : 108 = 1 : 3
4.
Umur Nini = 12 tahun
5.
50 : 100 = 1 : 2
Bogor , 13 April 2009
Guru
Kelas/ Peneliti
MARLIANA
TEA
NIM.
814081866
Lampiran 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS 2
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/ Semester : V / 2
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
Hari, Tanggal : Senin, 20 April 2009
Ø
Standar
Kompetensi
5 Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
Ø
Kompetensi
Dasar
5.4.Menggunakan
pecahan dalam masalah perbandingan dan skala
Ø
Indikator
Melakukan operasi
hitung dengan menggunakan perbandingan
Ø
Tujuan
Pembelajaran
Setelah
pembelajaran berlangsung diharapkan siswa dapat:
1.
menghitung perbandingan dengan benar
2.
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
perbandingan
Ø
Materi
Ajar
Perbandingan dan
Skala
Ø
Metode
Pembelajaran
·
Ceramah
·
Diskusi
Ø
Kegiatan
Pembelajaran
- Kegiatan Awal
Ø
Salam, Absensi
Ø
Apersepsi : Guru melakukan tanya jawab seputar
materi perbandingan untuk mengukur kemampuan awal siswa
Ø
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
- Kegiatan Inti
Ø
Siswa dibentuk dalam beberapa kelompok
Ø
Siswa dalam kelompok mengambil undian soal/
permasalahan pada kotak yang disediakan guru
Ø
Siswa mendiskusikan permasalahan tersebut
Ø
Siswa menyampaikan cara mengerjakan soal
tersebut, jika penyelesaian kurang tepat maka guru melemparkan kepada kelompok
lain
Ø
Guru memberi bimbingan cara memecahkan masalah
perbandingan secara kelompok dan individu
- Kegiatan Akhir
Ø
Evaluasi
Ø
Guru dan siswa menarik kesimpulan
Ø
Salam
Ø
Alat, Bahan
dan Sumber Belajar
·
Kurikulum Matematika Kelas V, KTSP
·
Buku Matematika Kelas V, Pusat Perbukuan
Depdiknas
·
Buku Matematika Kelas V, Erlangga
Ø
Penilaian
- Bentuk Penilaian
Tes Tulis
- Instrumen Penilaian
Soal
1.
Jika umur Jane 12 tahun dan umur Ani 8 tahun, perbandingan
umur mereka adalah……
2.
Perbandingan umur Dino dan Dion 2 : 4, jika jumlah umur
keduanya 24 tahun, Umur Dion adalah…..
3.
Ayah mempunyai kerbau 30 ekor, Kakek mempunyai kerbau
120, perbandingan jumlah kerbau mereka adalah…...
4.
Perbandingan umur Nina dan Nini adalah 5 : 6, jika
jumlah umur keduanya 44, umur Nini adalah…..
5.
Perbandingan jumlah coklat milik Tina dan Tini adalah 1
: 3, berapakah jumlah coklat Tina jika jumlah coklat semuanya 16 ?
Kunci
Jawaban
1.
12 : 8 = 6 : 4
2.
Umur Dion 16 tahun
3.
30 : 120 = 1 : 4
4.
Umur Nini = 20 tahun
5.
Coklat Tina = 4
Bogor , 20 April 2009
Guru
Kelas/ Peneliti
MARLIANA
TEA
NIM.
814081866
Lampiran 3
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS 3
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/ Semester : V / 2
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
Hari, Tanggal : Senin, 27 April 2009
Ø
Standar
Kompetensi
5 Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
Ø
Kompetensi
Dasar
5.4.Menggunakan
pecahan dalam masalah perbandingan dan skala
Ø
Indikator
Melakukan operasi
hitung dengan menggunakan perbandingan
Ø
Tujuan
Pembelajaran
Setelah
pembelajaran berlangsung diharapkan siswa dapat:
1.
menghitung perbandingan dengan benar
2.
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
perbandingan
Ø
Materi
Ajar
Perbandingan dan
Skala
Ø
Metode
Pembelajaran
·
Ceramah
·
Diskusi
Ø
Kegiatan
Pembelajaran
- Kegiatan Awal
Ø
Salam, Absensi
Ø
Apersepsi : Guru melakukan tanya jawab seputar
materi perbandingan untuk mengukur kemampuan awal siswa
Ø
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
- Kegiatan Inti
Ø
Siswa dibentuk dalam beberapa kelompok
Ø
Siswa dalam kelompok mendiskusikan pemecahan
soal perbandingan dengan sesuai dengan pilihan sendiri
Ø
Siswa mendiskusikan permasalahan tersebut
Ø
Siswa menyampaikan cara mengerjakan soal
tersebut, jika penyelesaian kurang tepat maka guru melemparkan kepada kelompok
lain
Ø
Siswa dalam kelompok kembali mendiskusikan cara
pemecahan soal, sampai semua anggota kelompok memahami cara pemacahan
Ø
Guru menunjuk secara acak satu siswa di
masing-masing kelompok untuk memecahkan masalah perbandingan di papan tulis
- Kegiatan Akhir
Ø
Evaluasi
Ø
Guru dan siswa menarik kesimpulan
Ø
Salam
Ø
Alat,
Bahan dan Sumber Belajar
·
Kurikulum Matematika Kelas V, KTSP
·
Buku Matematika Kelas V, Pusat Perbukuan
Depdiknas
·
Buku Matematika Kelas V, Erlangga
Ø
Penilaian
- Bentuk Penilaian
Tes Tulis
- Instrumen Penilaian
Soal
1.
Jika umur Jane 15 tahun dan umur Ani 35 tahun,
perbandingan umur mereka adalah……
2.
Perbandingan umur Dino dan Dion 3 : 4, jika jumlah umur
keduanya 49 tahun, Umur Dion adalah…..
3.
Ayah mempunyai kerbau 60 ekor, Kakek mempunyai kerbau
120, perbandingan jumlah kerbau mereka adalah…...
4.
Perbandingan umur Nina dan Nini adalah 3 : 6, jika
jumlah umur keduanya 54, umur Nini adalah…..
5.
Perbandingan jumlah coklat milik Tina dan Tini adalah 1
: 3, berapakah jumlah coklat Tina jika jumlah coklat semuanya 200 ?
Kunci
Jawaban
1.
15 : 35 = 3 : 7
2.
Umur Dion 28 tahun
3.
60 : 120 = 1 : 2
4.
Umur Nini = 36 tahun
5.
Coklat Tina = 50
Bogor , 27 April 2009
Guru
Kelas/ Peneliti
MARLIANA TEA
NIM.
814081866
Lampiran
4
DATA KEADAAN SISWA KELAS V SDN KEDUNGHALANG
3
TAHUN PELAJARAN 2009-2010
NO
|
NAMA SISWA
|
L/P
|
ALAMAT
|
NAMA
|
PEKERJAAN
|
ORTU
|
ORTU
|
||||
1
|
Ayum Adi Putra
|
L
|
BOGOR
|
Hasan Basri
|
|
2
|
Ayumi Milasari
|
P
|
BOGOR
|
Ali Imron
|
|
3
|
Ba`diyah
|
P
|
BOGOR
|
Suhari
|
|
4
|
Bahrul
|
L
|
BOGOR
|
Hartono
|
|
5
|
Faridatun Nafi`ah
|
P
|
BOGOR
|
Jumain
|
|
6
|
Hoirul Basri
|
L
|
BOGOR
|
Karimulla
|
|
7
|
Indrawati
|
P
|
BOGOR
|
Anton
|
|
8
|
Irfaniati
|
P
|
BOGOR
|
Moh. Iklas
|
|
9
|
John Refen
|
L
|
BOGOR
|
Kasmini
|
|
10
|
Mega Silvi Putri
|
P
|
BOGOR
|
Wawan K
|
|
11
|
Moh. Dikri
|
L
|
BOGOR
|
Hendrik
|
|
12
|
Moh. Andika
|
L
|
BOGOR
|
Moh. Arif
|
|
13
|
Mohammad Arfa
|
L
|
BOGOR
|
Joko Putro
|
|
14
|
Mohammad Fausi
|
L
|
BOGOR
|
Moh. Ihsan
|
|
15
|
Mohammad Hasim
|
L
|
BOGOR
|
Sujamil
|
|
16
|
Mohammad Nuri
|
L
|
BOGOR
|
Samsuri
|
|
17
|
Mohammad Yasin
|
L
|
BOGOR
|
Sarno
|
|
18
|
Samsul Arifin
|
L
|
BOGOR
|
Abdullah
|
|
19
|
Siti Fatimah
|
P
|
BOGOR
|
Qomaruddin
|
|
20
|
Siti Sa`diyah
|
P
|
BOGOR
|
Tatang
|
|
21
|
Suparman
|
L
|
BOGOR
|
Moh. Fahrur
|
|
22
|
Uswatun Hasanah
|
P
|
BOGOR
|
Sainudin
|
|
Lampiran
5
TABEL REKAPITULASI HASIL BELAJAR PER SIKLUS
NO
|
NAMA SISWA
|
NILAI
|
||
SIKLUS 1
|
SIKLUS 2
|
SIKLUS 3
|
||
1
|
Ayum Adi Putra
|
60
|
60
|
90
|
2
|
Ayumi Milasari
|
70
|
80
|
90
|
3
|
Ba`diyah
|
70
|
80
|
90
|
4
|
Bahrul
|
60
|
90
|
80
|
5
|
Faridatun Nafi`ah
|
80
|
90
|
90
|
6
|
Hoirul Basri
|
80
|
60
|
80
|
7
|
Indrawati
|
70
|
80
|
90
|
8
|
Irfaniati
|
70
|
70
|
60
|
9
|
John Refen
|
60
|
60
|
90
|
10
|
Mega Silvi Putri
|
80
|
80
|
90
|
11
|
Moh. Dikri Hidayat K.
|
50
|
90
|
60
|
12
|
Mohammad Andika
|
60
|
90
|
90
|
13
|
Mohammad Arfa
|
80
|
80
|
90
|
14
|
Mohammad Fausi
|
70
|
80
|
90
|
15
|
Mohammad Hasim
|
80
|
80
|
60
|
16
|
Mohammad Nuri
|
70
|
80
|
90
|
17
|
Mohammad Yasin
|
90
|
60
|
80
|
18
|
Samsul Arifin
|
60
|
80
|
70
|
19
|
Siti Fatimah
|
60
|
70
|
70
|
20
|
Siti Sa`diyah
|
70
|
60
|
80
|
21
|
Suparman
|
70
|
80
|
90
|
22
|
Uswatun Hasanah
|
60
|
80
|
80
|
RATA-RATA
|
69,09
|
76,36
|
81,82
|
Lampiran
6
Format Kesedian sebagai Teman
Sejawat dalam
Penyelenggaraan PKP
Kepada
Kepala UPBJJ BOGOR
Di Bogor
Yang
bertanda tangan di bawah ini, menerangkan bahwa :
Nama :
NIP :
Tempat Mengajar :
Alamat Sekolah :
Telepon :
-
Menyatakan bersedia sebagai teman sejawat untuk
mendampingi dalam pelaksanaan PKP atas nama :
Nama : MARLIANA TEA
NIM :
814081866
Program Studi : S1 PGSD
Tempat Mengajar : SDN
Kedunghalang 3
Alamat Sekolah : Jl. Pesantren
Telepon : -
Demikian
agar surat pernyataan
ini dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Bogor ,9 April 2009
Mengetahui,
Kepala Sekolah
DASUKI, S.Pd.
NIP. 19580508
197907 2 002
|
Teman Sejawat,
SURYANI
NIP. 19540512 197702 2 002
|
Lampiran 7
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : MARLIANA TEA
NIM :
UPBJJ-UT : BOGOR
Menyatakan bahwa:
Nama : SURYANI
Tempat Mengajar : SDN KEDUNGHALANG 3
Guru Kelas : 6
adalah teman
sejawat yang akan membantu dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran,yang
merupakan tugas mata kuliah PDGK 4904 Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP).
Demikian pernyataan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana
mestinya.
Bogorr, 13 April 2009
Teman Sejawat
SURYANI.
NIP. 19540512 197702 2 002
|
Yang Membuat Pernyataan
Mahasiswa,
MARLIANA TEA
NIM. 814 081 866
|
Lampiran 8
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : MARLIANA TEA
NIM : 814081866
UPBJJ-UT : BOGOR
Menyatakan bahwa:
Nama : SURYANI
Tempat Mengajar : SDN KEDUNGHALANG 3
Guru Kelas : 6
adalah teman
sejawat yang akan membantu dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran,yang
merupakan tugas mata kuliah PDGK 4904 Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP).
Demikian pernyataan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana
mestinya.
Bogor, 20 April 2009
Teman Sejawat
SURYANI.
NIP. 19540512 197702 2 002
|
Yang Membuat Pernyataan
Mahasiswa,
MARLIANA TEA
NIM. 814 081 866
|
|
|
Lampiran 9
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : MARLIANA TEA
NIM : 814081866
UPBJJ-UT : BOGOR
Menyatakan bahwa:
Nama : SURYANI
Tempat Mengajar : SDN KEDUNGHALANG 3
Guru Kelas : 6
adalah teman
sejawat yang akan membantu dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran,yang
merupakan tugas mata kuliah PDGK 4904 Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP).
Demikian pernyataan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana
mestinya.
Bogorr, 27 April 2009
Teman Sejawat
SURYANI.
NIP. 19540512 197702 2 002
|
Yang Membuat Pernyataan
Mahasiswa,
MARLIANA TEA
NIM. 814 081 866
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar